Kamis, 19 Desember 2013

Komunikasi dan Koordinasi dalam Pendidikan

Komunikasi dan Koordinasi dalam Pendidikan

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah              : Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu      : Labib Sajawandi, M. Pd

stain.jpg

Disusun Oleh :

1.      Fatkhul Ribkhah                 2021111059
2.      Eka Kurnia Rizki                2021111251
3.      Muhammad Adnan             2021111349

Kelas A

PRODI PAI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Komunikasi dan koordinasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi dibutuhkan dalam rangka membina hubungan sosial, sedangkan koordinasi dibutuhkan  untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi, lembaga atau instansi.
Dalam pendidikan komunikasi dan koordinasi mutlak diperlukan untuk menunjang berjalannya pendidikan yang optimal. Komunikasi adalah sarana atau alat untuk menyampaikan semua fungsi dan tugas-tugas manajemen dan koordinasi sendiri merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Maka dua hal ini mutlak diperlukan di dalam pendidikan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang komunikasi yang mencakup pengertian, macam-macam, serta prinsip-prinsip, dan tentang koordinasi yang mencakup pengertian, karakteristik, prinsip-prinsip, macam-macam serta bagaimana cara melakukannya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    KOMUNIKASI
Dalam bahasa Inggris communication berarti penyampaian informasi. Dapat juga diartikan sebagai proses pemberitahuan rencana, instruksi, petunjuk, saran, gagasan, pikiran kepada orang lain. Komunikasi juga diartikan sebagai arus informasi dan emosi-emosi yang terdapat dalam masyarakat yang berlangsung secara vertikal maupun secara horizontal, dapat berarti pula perhubungan atau persambungan wahana atau sarana-sarana. Komunikasi dapat juga berarti kapasitas individu atau kelompok untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan kehendak kepada individu atau kelompok lain. [1] Dari pengertian diatas dapat dikemukakan beberapa hal:
1.      Komunikasi baru dapat dilakukan apabila ada dua belah pihak, pihak pertama yang memberi informasi dan pihak kedua yang menerima informasi.
2.      Komunikasi hanya merupakan alat untuk menyampaikan perintah informasi dari seseorang kepada orang lain.
3.      Komunikasi haruslah dapat dimengerti oleh si penerima sehingga menimbulkan interaksi.[2]
Secara umum tujuan komunikasi adalah mengadakan perubahan-perubahan, mempengaruhi tindakan dan penyampain informasi dalam rangka peningkatan kesejarteraan anggota organisasi. Secara khusus komunikasi bertujutan untuk:
1.      Menetapkan dan menyebarkan tujuan organisasi
2.      Menyusun rencana untuk mencapai tujuan
3.      Mengorganisasikan sumber daya manusia dengan cara yang efektif dan efesien
4.      Menyeleksi dan menilai anggota komunikasi
5.      Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan untuk memberikan kontribusi
6.      Mengendalikan kinerja organisasi.[3]
Penerapan komunikasi dalam pendidikan hendaknya berjalan dengan sebaik-baiknya, apabila setiap individu dalam lembaga pendidikan tersebut memberlakukan individu yang lain sebagai subjek, dengan cara saling menghormati, menghargai, dan saling mempercayai. Perlakuan sebagai subjek antar individu memungkinkan terwujudnya human relationship yang efektif, yang hanya terjadi apabila setiap personal menyadari dan memainkan peranan sesuai dengan posisinya masing-masing dalam organisasi. Oleh karena itu, komunikasi harus dapat memberikan dampak sebagai berikut:
1.      Mempermudah mendapatkan informasi yang diperlukan guna mewujudkan kerja yang menjadi beban tugas organisasi.
2.      Mempermudah pelaksanaan konsepsi dan tugas yang memperlukan tanggung jawab.
3.      Mempermudah memberikan dorongan agar setiap personal berfikir dan bekerja dengan penuh insiatif, kreatif, dan disertai dedikasi yang tinggi.
4.      Memberikan kepuasan kepada setiap anggota organisasi karena dapat memenuhi dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya sesuai dengan posisi masing-masing.[4]
B.     MACAM-MACAM KOMUNIKASI
1.      Komunikasi Intern
Komunikasi intern adalah komunikasi atau hubungan antar personel dalam organisasi. Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan pekerjaan sekolah yang menjadi tugas bersama. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara berbagai personil tersebut harus dikembangkan untuk mencapai hasil seoptimal mungkin.[5]
Dalam sebuah sekolah yang hubungan antar personilnya kurang harmonis, acuh tak acuh satu sama lain, sukar mencari jalan keluar dalam berbagai masalah pendidikan. Kepala sekolah sebaiknya berlaku dengan prinsip demokrasi dan harus menganggap guru-guru bukan saja sebagai pembantunya tetapi juga mitra dalam kelompok. Untuk kepentingan tersebut, Kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a.       Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan.
b.      Mendorong para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah, serta harus dapat mendorong aktivitas dan kreativitas guru.
c.       Mengembangkan kebiasan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru untuk mau mendengarkan pendapat orang lain secara objektif.
d.      Mendorong para guru dan pegawai lainnya untuk mengambil keputusan yang paling baik dan mentaati keputusan itu.
e.       Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara redaksional.[6]
2.      Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya, untuk mendapatkan masukan-masukan dari lingkukngannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.[7] Komunikasi ekstern ini meliputi:
a.       Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dan potensial memiliki peran penting bagi pembinaan generasi muda, sementara orang tua siswa merupakan pemberi pendidikan pertama dan utama yang berpengaruh pada perkembangan dan pembinaan pribadi siswa.
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat dilakukan dalam berbagai bidang, diantaranya:
1)      Dalam bidang proses belajar mengajar, dimaksudkan untuk memberikan bantuan dan kemudahan belajar peserta didik.
2)      Dalam bidang pengembangan bakat, dimaksudkan agar bakat peserta didik dapat berkembang secara optimal.
3)      Dalam bidang pendidikan mental, dilakukan untuk menghadapi kesulitan belajar peserta didik.
4)      Dalam bidang kebudayaan, perlunya penekanan kepada peserta didik pada penanaman rasa cinta terhadap budaya bangsa.[8]
b.      Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat, begitu sebaliknya. Keduanya memiliki peran penting, sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, membimbing generasi muda bagi peranannya dimasa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa  pendidikan itu.[9]
C.    KOORDINASI
Koordinasi berasal dari bahasa latin, yaitu cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu pada keharusannya. Menurut Chung dan Megginson (1981) koordinasi sebagai proses motivasi, memimpin, dan mengomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Anonim (2003) mendefinisikan koordinasi sebagai suatu sistem dan proses komunikasi untuk mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan intern dan antar institusi-institusi di masyarakaat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar berbagai individu dengan menggunakan sistem informasi manajemen dan teknologi informasi.[10]
Dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan kegiatan manajemen untuk mengusahakan terjadinya keselarasan, keseimbangan antara pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan orang lain, sehingga diharapkan tidak akan terjadi kesimpangsiuran, ketidaktepatan dalam bekerja dan pekerjaan dilaksanakan secar efektif dan efesien.[11]
D.    KARAKTERISIK KOORDINASI
Koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang dilakukan pegawai dan berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi. Dengan begitu, tujuan lembaga secara keseluruhan dapat diwujudkan secara optimal. Koordinasi sebagai upaya yang berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerjasama, mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat diwujudkan sesuai dengan rencana.
Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi yaitu:
1.      Tanggung jawab koordinasi terletak pada pemimin. Koordinasi menjadi wewenang dan tanggung jawab pemimpin sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin berhasil jika bisa melakukan koordinasi.
2.      Koordinasi adalah kerja sama. Hal ini disebabkan karena kerja sama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi.
3.      Koordinasi merupakan proses yang berkesinambungan dan terus-menerus dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga.
4.      Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
5.      Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pemimpin merupakan pengatur usaha-usaha dan tindakan-tindakan setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
6.      Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Semua pihak berpartisipasi aktif melaksanakan tujuan bersama dalam kelompok mereka bekerja.[12]
E.     PRINSIP KOORDINASI
Karakteristik koordinasi sebagaimana diuraikan diatas, menunjukkan bahwa keselarasan tindakan perlu selalu diupayakan untuk mencapai tujuan bersama yang dinginkan, dan koordinasi yang memadai tidak datang begitu saja, tetapi perlu dikondisikan, dibina, dijaga, serta dikembangkan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk kepentingan tersebut, agar koordinasi berjalan dengan lancar maka perlu diperhatikan prinsip koordianasi berikut:
1.      Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2.      Menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama.
3.      Koordinasi merupakan proses yang terus menerus dan berkesinambungan.
4.      Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5.      Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.[13]
Menurut Husaini Usman prinsip koordinasi diantaranya:
1.      Kesamaan: sama dalam misi, visi, dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama
2.      Orientasikan: titik pusatnya pada sekolah sebagai koordinator yang berkoordinasi dengan bawahan-bawahan dalm sekolah
3.      Organisasikan: harus berada dalam satu payung (terorganisasi)
4.      Rumuskan: nyatakan secara jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas masing-masing anggota
5.      Diskusikan: cari cara yang efektif, efisien, dan komunikatif dalam berkoordinasi
6.      Informasikan: semua hasil diskusi dan keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi
7.      Negosiasikan: dalam perundingan mencari kesepakatan harus saling menghormati
8.      Atur Jadwal: rencana koordinasi harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak
9.      Solusikan: satu masalah yang timbul harus dirasakan dan dipecahkan semua anggota didalamnya dengan sebaik-baiknya
10.  Insyapkan: setiap anggota harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan siap menginformasikannya sesuai kebutuhan koordinasi.[14]
F.     MACAM-MACAM KOORDINASI
1.      Koordinasi Vertikal yaitu  koordinasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Misalnya, koordinasi yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan atau bawahannya.
2.      Koordinasi Horisontal yaitu koordinasi diantara sesama pejabat setingkat atau instansi. Misalnya, untuk urusan kepegawaian, kepala sekolah melakukan koordinasi denagn Kepala Kepegawaian Daerah
3.      Koordinasi Fungsional yaitu koordinasi antar instansi, tiap-tiap instansi mempunyai tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu. Koordinasi fungsional dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a)      Koordinasi Fungsional Horizontal, koordinasi ini dilakukan oleh kepala sekolah dengan kepala sekolah lainnya yang setingkat. Misalnya, Kepala Sekolah SMPN 1 dengan Kepala Sekolah SMPN 2.
b)      Koordinasi Fungsional Diagonal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, Kepala Sekolah SMPN 1 dengan Kepala Sekolah SDN 1.
c)      Koordinasi Fungsional Teritorial, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang berada dalam wilayah tertentu. Misalnya, Kepala Sekolah SMPN 1 dengan Kepala Sekolah SMPN 2 di Kabupaten X.[15]
G.    CARA MELAKUKAN KOORDINASI
Koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap, pertemuan berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan koordinasi staff, memorandum berantai, wawancara dnegan bawahan, buku pedoman lembaga, dan sebagainya.
Koordinasi formal diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya impersonal, seperti dalam kehidupan birokrasi, membuat peraturan atau pedoman, mengangkat pejabat atau panitia bersama dan dokumen resmi lainnya. Sementara cara-cara informal dapat dilakukan dengan pembicaraan dan konsultan pada saat bertemu di luar kepentinagan dinas.
Dalam koordinasi setiap lembaga mengadakan hubungan untuk saling tukar pikiran mengenai kegiatan dan hasil kegiatan yang telah dicapai pada saat tertentu, serta saling mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya. Dengan demikian setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar dan terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[16]






BAB III
PENUTUP

Komunikasi diartikan sebagai proses pemberitahuan rencana, instruksi, petunjuk, saran, gagasan, pikiran kepada orang lain, yang bertujuan untuk mengadakan perubahan-perubahan, mempengaruhi tindakan dan penyampain informasi dalam rangka peningkatan kesejarteraan anggota organisasi. Macam-macam komunikasi ada dua, yaitu komunikasi intern adalah hubungan antar personel dalam organisasi. Sedangkan komunikasi ekstern merupakan hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya.
Koordinasi merupakan kegiatan manajemen untuk mengusahakan terjadinya keselarasan, keseimbangan antara pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan orang lain, sehingga diharapkan tidak akan terjadi kesimpangsiuran, ketidaktepatan dalam bekerja dan pekerjaan dilaksanakan secar efektif dan efesien.
Koordinasi dibagi menjadi tiga yaitu: koordinasi vertikal, koordinasi horizontal, dan koordinasi fungsional. Karakteristik yang perlu diperhatikan diantaranya:
1.      Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2.      Menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama.
3.      Koordinasi merupakan proses berkesinambungan.
4.      Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5.      Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki.





DAFTAR PUSTAKA

Marno dan Supriyatno, Trio. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Islam. Bandung: Refika Aditama
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta:  Bumi Aksara
Yusuf, Musfirotun. 2006. Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar. Pekalongan: STAIN Press




[1] Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan, (Pekalongan: STAIN Press, 2006), hlm.76
[2] Marno dan Trio Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm.23
[3] Musfirotun Yusuf, op.cit., hlm.77
[4] Ibid., hlm.81-82
[5] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.138-139
[6] Ibid., hlm.140-141
[7] Ibid., hlm.142
[8] Ibid., hlm.145-146
[9] Ibid., hlm.147
[10] Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta:  Bumi Aksara, 2006), hlm.362-363
[11] Musfirotun Yusuf, op.cit., hlm.83
[12] E. Mulyasa, op.cit., hlm.132-133
[13] Ibid., hlm.133
[14] Husaini Usman, op.cit., hlm.372-373
[15] Ibid., hlm.370-371
[16] E. Mulyasa, op.cit., hlm.137-138

Tidak ada komentar: