Komunikasi dan Koordinasi dalam Pendidikan
Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu :
Labib Sajawandi, M. Pd
Disusun Oleh :
1.
Fatkhul Ribkhah 2021111059
2.
Eka Kurnia Rizki 2021111251
3.
Muhammad Adnan 2021111349
Kelas A
PRODI PAI
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi dan koordinasi merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi dibutuhkan dalam rangka membina
hubungan sosial, sedangkan koordinasi dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi,
lembaga atau instansi.
Dalam pendidikan komunikasi dan koordinasi mutlak
diperlukan untuk menunjang berjalannya pendidikan yang optimal. Komunikasi
adalah sarana atau alat untuk menyampaikan semua fungsi dan tugas-tugas
manajemen dan koordinasi sendiri merupakan salah satu fungsi dari manajemen.
Maka dua hal ini mutlak diperlukan di dalam pendidikan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang komunikasi
yang mencakup pengertian, macam-macam, serta prinsip-prinsip, dan tentang
koordinasi yang mencakup pengertian, karakteristik, prinsip-prinsip,
macam-macam serta bagaimana cara melakukannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMUNIKASI
Dalam bahasa Inggris communication berarti penyampaian informasi.
Dapat juga diartikan sebagai proses pemberitahuan rencana, instruksi, petunjuk,
saran, gagasan, pikiran kepada orang lain. Komunikasi juga diartikan sebagai arus
informasi dan emosi-emosi yang terdapat dalam masyarakat yang berlangsung
secara vertikal maupun secara horizontal, dapat berarti pula perhubungan atau
persambungan wahana atau sarana-sarana. Komunikasi dapat juga berarti kapasitas
individu atau kelompok untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan kehendak
kepada individu atau kelompok lain. [1]
Dari pengertian diatas dapat dikemukakan beberapa hal:
1.
Komunikasi baru dapat dilakukan apabila ada
dua belah pihak, pihak pertama yang memberi informasi dan pihak kedua yang
menerima informasi.
2.
Komunikasi hanya merupakan alat untuk
menyampaikan perintah informasi dari seseorang kepada orang lain.
3.
Komunikasi haruslah dapat dimengerti oleh si
penerima sehingga menimbulkan interaksi.[2]
Secara umum tujuan komunikasi adalah mengadakan perubahan-perubahan,
mempengaruhi tindakan dan penyampain informasi dalam rangka peningkatan
kesejarteraan anggota organisasi. Secara khusus komunikasi bertujutan untuk:
1.
Menetapkan dan menyebarkan tujuan organisasi
2.
Menyusun rencana untuk mencapai tujuan
3.
Mengorganisasikan sumber daya manusia dengan
cara yang efektif dan efesien
4.
Menyeleksi dan menilai anggota komunikasi
5.
Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan
menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan untuk memberikan kontribusi
6.
Mengendalikan kinerja organisasi.[3]
Penerapan komunikasi dalam pendidikan hendaknya berjalan dengan
sebaik-baiknya, apabila setiap individu dalam lembaga pendidikan tersebut
memberlakukan individu yang lain sebagai subjek, dengan cara saling
menghormati, menghargai, dan saling mempercayai. Perlakuan sebagai subjek antar
individu memungkinkan terwujudnya human relationship yang efektif, yang
hanya terjadi apabila setiap personal menyadari dan memainkan peranan sesuai
dengan posisinya masing-masing dalam organisasi. Oleh karena itu, komunikasi
harus dapat memberikan dampak sebagai berikut:
1.
Mempermudah mendapatkan informasi yang
diperlukan guna mewujudkan kerja yang menjadi beban tugas organisasi.
2.
Mempermudah pelaksanaan konsepsi dan tugas
yang memperlukan tanggung jawab.
3.
Mempermudah memberikan dorongan agar setiap
personal berfikir dan bekerja dengan penuh insiatif, kreatif, dan disertai
dedikasi yang tinggi.
4.
Memberikan kepuasan kepada setiap anggota
organisasi karena dapat memenuhi dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya
sesuai dengan posisi masing-masing.[4]
B. MACAM-MACAM KOMUNIKASI
1. Komunikasi Intern
Komunikasi intern
adalah komunikasi atau hubungan antar personel dalam organisasi. Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan
dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan pekerjaan sekolah yang
menjadi tugas bersama. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara berbagai
personil tersebut harus dikembangkan untuk mencapai hasil seoptimal mungkin.[5]
Dalam sebuah sekolah yang hubungan antar personilnya kurang harmonis,
acuh tak acuh satu sama lain, sukar mencari jalan keluar dalam berbagai masalah
pendidikan. Kepala sekolah sebaiknya berlaku dengan prinsip
demokrasi dan harus menganggap guru-guru bukan saja sebagai pembantunya tetapi
juga mitra dalam kelompok. Untuk kepentingan tersebut, Kepala sekolah perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a.
Bersikap terbuka,
tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong
suasana demokratis dan kekeluargaan.
b.
Mendorong para guru
untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah, serta
harus dapat mendorong aktivitas dan kreativitas guru.
c.
Mengembangkan kebiasan untuk
berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru untuk mau mendengarkan
pendapat orang lain secara objektif.
d.
Mendorong para guru
dan pegawai lainnya untuk mengambil keputusan yang paling baik dan mentaati
keputusan itu.
e.
Berlaku sebagai
pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil kesimpulan secara
redaksional.[6]
2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern
merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya,
untuk mendapatkan masukan-masukan dari lingkukngannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di sekolah.[7] Komunikasi ekstern
ini meliputi:
a.
Hubungan Sekolah
dengan Orang Tua
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dan potensial memiliki peran
penting bagi pembinaan generasi muda, sementara orang tua siswa merupakan
pemberi pendidikan pertama dan utama yang berpengaruh pada perkembangan dan
pembinaan pribadi siswa.
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat dilakukan dalam berbagai
bidang, diantaranya:
1)
Dalam bidang proses belajar mengajar,
dimaksudkan untuk memberikan bantuan dan kemudahan belajar peserta didik.
2)
Dalam bidang pengembangan bakat, dimaksudkan agar
bakat peserta didik dapat berkembang secara optimal.
3)
Dalam bidang pendidikan mental, dilakukan
untuk menghadapi kesulitan belajar peserta didik.
4)
Dalam bidang kebudayaan, perlunya penekanan kepada
peserta didik pada penanaman rasa cinta terhadap budaya bangsa.[8]
b.
Hubungan Sekolah
dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan masyarakat, begitu sebaliknya. Keduanya memiliki peran penting,
sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih,
membimbing generasi muda bagi peranannya dimasa depan, sementara masyarakat
merupakan pengguna jasa pendidikan itu.[9]
C. KOORDINASI
Koordinasi berasal dari bahasa latin, yaitu cum yang berarti
berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan
sesuatu pada keharusannya. Menurut Chung dan
Megginson (1981) koordinasi sebagai proses motivasi, memimpin, dan
mengomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Anonim (2003)
mendefinisikan koordinasi sebagai suatu sistem dan proses komunikasi untuk mewujudkan
keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan intern dan antar
institusi-institusi di masyarakaat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar
berbagai individu dengan menggunakan sistem informasi manajemen dan teknologi
informasi.[10]
Dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan kegiatan manajemen untuk
mengusahakan terjadinya keselarasan, keseimbangan antara pekerjaan yang
dilakukan seseorang dengan orang lain, sehingga diharapkan tidak akan terjadi
kesimpangsiuran, ketidaktepatan dalam bekerja dan pekerjaan dilaksanakan secar
efektif dan efesien.[11]
D. KARAKTERISIK KOORDINASI
Koordinasi merupakan
proses penyatupaduan kegiatan yang dilakukan pegawai dan berbagai satuan
lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi. Dengan begitu, tujuan
lembaga secara keseluruhan dapat diwujudkan secara optimal. Koordinasi sebagai
upaya yang berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus untuk menciptakan dan
mengembangkan kerjasama, mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan
sehingga sasaran yang ditetapkan dapat diwujudkan sesuai dengan rencana.
Handayaningrat (1992) mengemukakan
karakteristik koordinasi yaitu:
1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pemimin. Koordinasi menjadi
wewenang dan tanggung jawab pemimpin sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin
berhasil jika bisa melakukan koordinasi.
2. Koordinasi adalah kerja sama. Hal ini disebabkan karena kerja sama
merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi.
3. Koordinasi merupakan proses yang berkesinambungan dan terus-menerus dalam rangka
mewujudkan tujuan lembaga.
4. Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang
diterapkan di dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
5. Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pemimpin merupakan pengatur
usaha-usaha dan tindakan-tindakan setiap individu sehingga diperoleh keserasian
dalam mencapai hasil bersama.
6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Semua pihak berpartisipasi aktif
melaksanakan tujuan bersama dalam kelompok mereka bekerja.[12]
E. PRINSIP KOORDINASI
Karakteristik
koordinasi sebagaimana diuraikan diatas, menunjukkan bahwa keselarasan tindakan
perlu selalu diupayakan untuk mencapai tujuan bersama yang dinginkan, dan koordinasi yang
memadai tidak datang begitu saja, tetapi perlu dikondisikan, dibina, dijaga,
serta dikembangkan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk kepentingan
tersebut, agar koordinasi berjalan dengan lancar maka perlu diperhatikan
prinsip koordianasi berikut:
1. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama.
3. Koordinasi merupakan proses yang terus menerus dan berkesinambungan.
4. Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan
secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara
keseluruhan.[13]
Menurut Husaini Usman prinsip koordinasi diantaranya:
1.
Kesamaan: sama dalam misi, visi, dan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan bersama
2.
Orientasikan: titik pusatnya pada sekolah
sebagai koordinator yang berkoordinasi dengan bawahan-bawahan dalm sekolah
3.
Organisasikan: harus berada dalam satu payung
(terorganisasi)
4.
Rumuskan: nyatakan secara jelas wewenang,
tanggung jawab, dan tugas masing-masing anggota
5.
Diskusikan: cari cara yang efektif, efisien,
dan komunikatif dalam berkoordinasi
6.
Informasikan: semua hasil diskusi dan
keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan
koordinasi
7.
Negosiasikan: dalam perundingan mencari
kesepakatan harus saling menghormati
8.
Atur Jadwal: rencana koordinasi harus dipatuhi
dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak
9.
Solusikan: satu masalah yang timbul harus
dirasakan dan dipecahkan semua anggota didalamnya dengan sebaik-baiknya
10. Insyapkan: setiap anggota harus memiliki laporan tertulis yang lengkap
dan siap menginformasikannya sesuai kebutuhan koordinasi.[14]
F. MACAM-MACAM KOORDINASI
1. Koordinasi Vertikal yaitu koordinasi
yang terjadi antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Misalnya, koordinasi yang dilakukan oleh
kepala sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan atau bawahannya.
2. Koordinasi Horisontal yaitu koordinasi diantara sesama pejabat setingkat atau instansi. Misalnya, untuk urusan kepegawaian, kepala
sekolah melakukan koordinasi denagn Kepala Kepegawaian Daerah
3. Koordinasi Fungsional yaitu koordinasi antar instansi, tiap-tiap instansi mempunyai
tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu. Koordinasi fungsional dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
a) Koordinasi Fungsional Horizontal, koordinasi ini dilakukan oleh kepala
sekolah dengan kepala sekolah lainnya yang setingkat. Misalnya, Kepala Sekolah
SMPN 1 dengan Kepala Sekolah SMPN 2.
b) Koordinasi Fungsional Diagonal, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala
Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang lebih rendah atau lebih tinggi
tingkatannya. Misalnya, Kepala Sekolah SMPN 1 dengan Kepala Sekolah SDN 1.
c) Koordinasi Fungsional Teritorial, koordinasi ini dilakukan oleh Kepala
Sekolah dengan Kepala Sekolah lain yang berada dalam wilayah tertentu. Misalnya, Kepala Sekolah SMPN 1 dengan Kepala Sekolah
SMPN 2 di Kabupaten X.[15]
G. CARA MELAKUKAN KOORDINASI
Koordinasi dapat
dilakukan secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap, pertemuan berkala, pembentukan panitia
gabungan, pembentukan badan koordinasi staff, memorandum berantai, wawancara
dnegan bawahan, buku pedoman lembaga, dan sebagainya.
Koordinasi formal
diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya impersonal, seperti dalam kehidupan
birokrasi, membuat peraturan atau pedoman, mengangkat pejabat atau panitia
bersama dan dokumen resmi lainnya. Sementara cara-cara informal dapat dilakukan
dengan pembicaraan dan konsultan pada saat bertemu di luar kepentinagan dinas.
Dalam koordinasi setiap lembaga mengadakan hubungan untuk saling tukar
pikiran mengenai kegiatan dan hasil kegiatan yang telah dicapai pada saat
tertentu, serta saling mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari
jalan pemecahannya. Dengan demikian setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
lancar dan terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[16]
BAB III
PENUTUP
Komunikasi diartikan sebagai proses pemberitahuan rencana, instruksi,
petunjuk, saran, gagasan, pikiran kepada orang lain, yang bertujuan untuk mengadakan
perubahan-perubahan, mempengaruhi tindakan dan penyampain informasi dalam
rangka peningkatan kesejarteraan anggota organisasi. Macam-macam komunikasi ada
dua, yaitu komunikasi intern adalah hubungan antar personel dalam organisasi.
Sedangkan komunikasi ekstern merupakan hubungan sekolah dengan
lingkungan eksternal di sekitarnya.
Koordinasi merupakan kegiatan manajemen untuk mengusahakan terjadinya
keselarasan, keseimbangan antara pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan
orang lain, sehingga diharapkan tidak akan terjadi kesimpangsiuran,
ketidaktepatan dalam bekerja dan pekerjaan dilaksanakan secar efektif dan
efesien.
Koordinasi dibagi menjadi tiga yaitu:
koordinasi vertikal, koordinasi horizontal, dan koordinasi fungsional.
Karakteristik yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama.
3. Koordinasi merupakan proses berkesinambungan.
4. Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan
secara terbuka dan diselidiki.
DAFTAR PUSTAKA
Marno dan Supriyatno, Trio. 2008. Manajemen dan
Kepemimpinan Islam. Bandung: Refika Aditama
Mulyasa, E. 2002. Manajemen
Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Usman, Husaini. 2006. Manajemen:
Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, Musfirotun. 2006. Manajemen Pendidikan
Sebuah Pengantar. Pekalongan: STAIN Press
[2] Marno dan Trio Supriyatno, Manajemen dan
Kepemimpinan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm.23
[3] Musfirotun Yusuf, op.cit., hlm.77
[5] E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm.138-139
[10] Husaini
Usman, Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.362-363
Tidak ada komentar:
Posting Komentar